Sabtu, 14 Juli 2012

Makalah Veda

MASA PENYUSUNAN MANTRA – MANTRA VEDA





Oleh :
Nama            : Ni ketut Santi                   
NIM              : 11.1.4.5.1.18
Semester       : 2 (Dua)






JURUSAN TEOLOGI FAKULTAS BRAHMA WIDYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI
DENPASAR
2012



I
PENDAHULUAN

        Veda memiliki arti dan makna “pengetahuan”.   Veda merupakan pedoman yang digunakan oleh umat Hindu dalam menjalankan kehidupan sehari – hari. I.B. Supartha (2009 : 6) menyebutkan Veda adalah wahyu Tuhan atau sabda suci yang diturunkan oleh Sang hyang Widhi untuk semua umat manusia di Jagat Raya ini bukan hanya untuk segolongan umat manusia saja. Kitab suci Veda bersifat universal, semua ajaran dalam Veda dapat dipelajari oleh semua mahluk di dunia ini.
        Secara etimologi kata Veda  berasal dari kata "Vid" dalam bahasa sanskerta, yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Veda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Veda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Veda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Ṛṣi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Veda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.
        Veda merupakan sebuah saripati pengetahuan sejati yang dianugrahkan oleh Tuhan demi kesejahteraan umat manusia. Sayanacharya (pencatat ‘Veda’ zaman dulu) mengemukakan definisi Veda adalah kitab kuno yang menguraikan tentang cara – cara mencapai tujuan yang diinginkan dan juga cara – cara menyelamatkan seseorang dari bencana. Seperti kita membutuhkan mata untuk melihat dunia fisik, demikian pula halnya, juga kita membutuhkan mat Veda untuk melihat unsur – unsur yang maha suci. Sejak zaman dulu Veda telah dijadikan landasan atau pedoman masyarakat dalam bertindak. Veda bisa dipelajari oleh seluruh umat manusia di dunia ini, seperti yang tertuang jelas dalam kitab Yajur Veda XXVI.2 sebagai berikut :
Yathemāṁ wācaṁ kalyāṇim
Āwadāni janebhyaḥ
Brahma rājanyābhyāṁ
Śūdrāya cārayāya ca
Swāya cāraṇāya ca
Terjemahannya :
Aku telah ajarkan sabda suci (Veda) ini kepada seluruh umat manusia, Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra, kepada semua orang dan orang – orang asing sekalipun.
Siapapun bisa mempelajari Veda tanpa terkecuali, karena Veda juga sebagai kitab suci yang merupakan sumber Dharma (Vedo ‘khilo dharma mūlaṁ) dan bukan karangan manusia (Apauruseya). Veda merupakan kebenaran suci yang ada untuk selama – lamanya (Sanatana Dharma).  



II
PEMBAHASAN

1.      Sifat Veda Anādi-Ananta
Tidak berawal – tidak ada kepengarangan
        Veda disebut Anādi yaitu tanpa awal dari segi waktu. Artinya sesuatu atau yang lebih tua dari Veda, tidak ada. Jadi Veda sudah ada sejak kapanpun. Veda tidak berawal, karena merupakan Sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya (Titib, 1996 : 36). Ini sangat bertolak belakang dengan logika. Dewasa ini, suatu buku memiliki syarat kepengarangan atau setidaknya ada sumber yang jelas mengenai buku tersebut. Tapi lain halnya dengan kitab suci Veda, Veda tidak ada yang mengetahui siapa yang mengarang dan kapan Veda itu ada.  Dalam mantra – mantra Veda banyak menyebutkan tentang poara maha Ṛṣi sehingga banyak orang berasumsi bahwa Veda diciptakan atau dikarang oleh para Ṛṣi dan para Ṛṣi mendapatkan Wahyu dari Sang Hyang Widhi. Akan tetapi asumsi ini tidak sepenuhnya benar, karena menurut definisi Veda, Veda adalah “Apourusheya” atau tidak bersumber dari manusia. “Pourusheya” adalah karya manusia. Karena Veda bukan karya manusia, para Ṛṣi yang adalah manusia tidak mungkin menulisnya (Sri Chandrasekharendra, 2009 : 4).
        Seperti halnya benua Amerika, yang ditemukan oleh Columbus. Hal itu bukan berarti mengatakan bahwa Columbuslah yang menciptakan benua Amerika. Jadi benua Amerika sudah ada sebelum Columbus menemukannya, hanya saja Columbus membantu manusia, sehingga benua Amerika diketahui oleh umat manusia. Sama halnya dengan Veda, Veda sudah ada sebelum maha Rsi ada, hanya saja para Ṛṣi lah yang menemukannya dan menyampaikan kepada umat manusia. Dan mantra – mantra sudah ada; selalu ada. Karena para Ṛṣi menemukannya, maka nama mereka dikaitkan dengan mantra tertentu (Sri Chandrasekharendra, 2009 : 5). Asumsi lain mengatakan Veda diciptakan bersamaan dengan penciptaan alam semesta. Artinya Veda diciptakan ketika Brahma menciptakan alam semesta. Akan tetapi asumsi ini keliru karena dalam kitab – kitab sastra yaitu Srimad Bhagavatam, menyebutkan bahwa Veda sudah ada sebelum penciptaan karena Brahma sendiri dikatakan melakukan penciptaan dengan bantuan mantra – mantra Veda yang hanya ada sebagai suara di dalam ruang. Lalu, Jika mantra – mantra disebut “Anadi”, apakah artinya mereka selalu ada? Dimanakah mereka berada? 
        Sri Chandrasekharendra (2009 : 6) menyebutkan Tuhan tidak menciptakan Veda jika Dia dan Veda keduanya bersifat Anādi. Jika Ia menciptakannya, maka Veda mempunyai awal. Dalam Brihadharanyaka Upanisa (2,4,10) mengatakan bahwa Veda dalam bentuk Rig, Yajur, Sama dan Atharva adalah nafas Iswara; ‘Nishwasitam’ adalah kata yang digunakan untuk pengeluaran nafas.
Dalam Bhagavad Gita Bab 15 sloka 15 menyebutkan :
Sarvasya cāhaṁ hṛdi sanniviṣṭo
mattaḥ smṛtir jñānam apohanaṁ
vedaiś ca sarvair aham eva vedyo
vedānta-kṛd veda-vid eva cāham
Terjemahan :
Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Ingatan, pengetahuan dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang menyusun Vedānta, dan Akulah yang mengetahui Veda.
        Sri krisna menjelaskan bahwa Dia tidak menciptakak Veda, melainkan dia diketahui oleh Veda dan Dia mengetahui Veda. Lebih jaud Dia tidak menyebutkan diri-Nya sebagai yang membuat Veda, tapi sebagai orang yang menjadi subyek semua Vedanta atau Vedantakrit, buka sebagai Vedakrit. Ia menyebutkan diri-Nya sebagai sendiri sebagai hasil akhir evolusi manusia, bahkan sebelum penciptaan, Iswara dan Veda berada bersama – sama.
        Dalam Bhagavata Purana juga tidak berbicara bahwa Tuhan telah membuat Veda, Veda dikatakan sebagai manifestasi dari jantung hatinya. Kata yang digunakan adalah ‘Sputa’ yang berarti manifestasi tiba – tiba dari sesuatu yang sudah ada. Jadi Veda merupakan bagian dari Tuhan atau nafas Tuhan.

Veda Tanpa Akhir
        Dewasa ini, seperti dijelaskan bahwa Veda tidak berawal “Anādi”, dan Vedapun tanpa akhir “Ananta”. Sehingga sering dikatakan bahwa Veda bersifat Anādi-Ananta. Titib (1996 : 36) menyebutkan bahwa Veda tidak berakhir karena ajarannya berlaku sepanjang jaman. Veda tidak akan pernah putus atau berakhir. Seperti Genitri yang merupakan lambing ilmu pengetahuan yang tak terputus, begitu juga halnya dengan Veda, takkan terputus dan takkan berakhir. Seperti  yang dijelaskan dalam buku Peta Jalan Veda, Veda telah ada sebelum penciptaan dunia ini, dan mantra - mantra Veda merupakan nafas dari Iswara, oleh karena itu Veda juga akan tetap ada walaupun dunia ini telah pralaya. Banyak sastra – sastra dan tokoh – tokoh Hindu meyakini bahwa Veda akan tetap ada sampai kapanpun.
 
2.      Para Ṛṣi  Penerima Wahyu
Dalam agama Hindu orang-orang suci penerima wahyu disebut Rsi, kata ini berarti yang memandang, melihat atau yang memperoleh wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam perkembanganya kita jumpai berbagai sebutan terhadap orang-orang suci antara lain : Muni, Sadhu, Swami, Yogi, Sannyasi, Acarya, Upadhyaya dan lain-lain dan di Indonesia pada jaman dahulu kita mengenal istilah Mpu atau Bhujangga, kini para Pandita dari golongan Vaisnava di Bali disebut pula dengan Rsi. Untuk membedakan Rsi penerima wahyu Veda dengan Rsi para pandita dewasa ini, maka untuk yang pertama disebut Maharsi. Maharsi ini dapat disebut sebagai nabi bagi umat Hindu dan jumlahnya tidaklah seorang, melainkan cukup banyak. Seorang Maharsi adalah tokoh pemikir dan pemimpin agama, ia juga seorang ”Jnanin”, filosuf dan pejuang dalam bidang agama. Ia adalah penyebar ajaran agama dan sekaligus moralis, pendeknya guru dengan berbagai sifat istimewanya yang serba mulia. Ia rendah hati dan tahan uji, ia memiliki pandangan yang luas dan mampu menatap masa depan, mampu mengendalikan indrianya, suka melakukan tapa, brata, yoga, samadhi, karena itu ia senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai pemimpin agama ia adalah pengayom yang memberikan keteduhan dan kesejukan kepada siapa saja yang datang untuk memohon bimbingannya.
Dengan sifat-sifat tersebut di atas, seorang Rsi adalah seorang rohaniawan, agamawan dan sekaligus seorang pemimpin. Di dalam kitab-kitab Purana kita jumpai pengelompokkan Rsi ke dalam 3 katagori, yaitu :
1.      DevaRsi,
2.      BrahmaRsi,
3.      RajaRsi.
Dari pengelompokan Rsi diatas,, secara tidak langsung kita mengetahui bahwa tidak semua Rsi berstatus sebagai ”penerima wahyu”. Pengertian Rsi pada mulanya dipergunakan secara tradisional yang dianggap mampu membongkar rahasia Veda. Keterangan ini dapat kita jumpai dalam kitab Nirukta II.11, salah satu kitab Vedangga, yang menyatakan : ”Bahwa para Rsi ialah mereka yang memperoleh mantra (rsayah mantradrastarah)”.
      Dalam agama Hindu begitu banyak memiliki Rsi dan hal ini tidak menghambat akan perkembangan agama Hindu tersebut karena pada hakekatnya Tuhan Yang Maha Esa menggunakan banyak media untuk menyampaikan ajaran suciNya kepada umat manusia. Hindu berpandangan justru dengan banyaknya Rsi itu umat mendapatkan teladan, sosok figur dan penampilannya menjadi panutan, wejangan-wejangannya memberikan kesejukan hati dan kebahagiaan yang tiada taranya, misalnya karya Maharsi Vyasa yang memadukan unsur sejarah dan mitologi dalam karya besarnya Mahabharata dan kitab-kitab Purana senantiasa dinikmati oleh mereka yang kehausan untuk mereguk amrta suci ajarannya (Titib, 1996 : 38)
      Disamping pengelompokan ke dalam 3 katagori tersebut di atas, kitab Matsya Purana dan Brahmanda Purana menyebutkan 5 kelompok Rsi, sebagai berikut :
1.      BrahmaRsi,
2.      SatyaRsi,
3.      DevaRsi,
4.      SrutaRsi,
5.      RajaRsi.
      Pengelompokkan ini merupakan penyempurnaan pengelompokan sebelumnya dengan menambahkan 2 kelompok baru, yaitu SatyaRsi dan SrutaRsi. Dari istilah-istilah ini dapat dipahami bahwa nama-nama kelompok ini hanya bersifat relatif fungsional dihubungkan dengan fungsi dan sifat yang khas dari seorang Rsi. Selanjutnya seorang Rsi sebagai Bhatara (pelindung) sekaligus seorang pemimpin baik dalam bidang kerohanian, politik dan pemerintahan dan bahkan menjadi panglima perang sebagai contoh adalah Rsi Bhisma, Drona dan sebagainya, di Bali pada masa pemerintahan Dharma Udayana Var madeva, juga seorang Rsi atau Mpu, yakni Mpu Rajakrta menjabat Senapati Kuturan dan kemudian nama ini populer menjadi Mpu Kuturan yang merintis Kahyangan Tiga dengan desa Pakraman di daerahini. Seorang BrahmaRsi menurut kitab Brahmanda Purana tugasnya mempelajari dan mengajarkan Veda, jadi fungsinya sebagai pandita. Adapun seorang yang dinyatakan sebagai SatyaRsi adalah gelar para Rsi yang mempunyai asal-usul langsung dari Tuhan Yang Maha Esa pada permulaan penciptaan dunia ini. Beliau pula yang mula-mula disebut sebagai Bhatara, misalnya Bhatara Manu dan lain-lain. Kelompok DevaRsi dikenal pula dengan nama Prajapati. Di dalam kitab brahmanda Purana disebutkan adanya 9 Prajapati, yaitu : Marici, Bhrgu, Angira, Pulastya, Pulaha, Kratu, Daksa, Atri dan Vasistha. Di antara 9 Prajapati itu ada pula yang disebut-sebut namanya dalam kitab Rg Veda, sebagai Rsi yang dikaitkan dengan mantra-mantra dalam kitab suci ini. Adapun 4 kelompok lainnya (Brahma, Satya, Sruta dan RajaRsi) di dalam Brahmanda Purana masing-masing disebutkan berturut-turut : Sonaka, Sananda, Sanatana dan Sanatkumara.
Selain nama – nama Rsi diatas, adapula yang menyebutkan sekelompok Rsi yang menerima wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa yang disebut dengan “Saptarsi”. Saptarsi berasal dari dua kata yaitu Sapta yang artinya tujuh dan Ṛsi artinya orang – orang suci penerima wahyu. Jadi Saptarsi adalah tujuh orang – orang suci penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang terhimpun dalam Vedà . Adapun Saptarsi penerima wahyu yaitu sebagai berikut :
  1. Ṛsi Grtsamada
Maha Ṛsi Grtsamada adalah maharsi yang paling banyak dihubungkan dengan turunnya mantra – mantra Vedà , terutama Rg Vedà  mandala II. Akan tetapi kehidupan mahaṛsi Grtsamada tidak banyak diketahui. Dari beberapa catatan diketahui bahwa Ṛsi Grtsamada adalah keturuna dari Sunahotra yang merupakan keturunan Bharadvaja, keluarga Angira. Adapula penjelas lain mengatakan bahwa Ṛsi Grtsamada merupakan keturunan Bhrgu. Dengan demikian sejarahnya tidak diketahui dengan pasti, sedangkan di dalam Mahabharata ia disebutkan keturuna Maharsi Sonaka.
  1. Ṛsi Visvamitra
Mahaṛsi Visvamitra adalah Maharsi yang kedua yang banyak disebut namanya dan dikaitkan dengan seluruh mandala III Rg Vedà . Kitab III Rg Vedà  ini terdiri dari 58 Suktha. Setelah diadakan penelitian, ternyata tidak semua Suktha itu dikaitkan dengan nama Visvamitra karena diantara mantra – mantra ada menyebutkan Maharsi lainnya seperti Kusika, Isiratha dan lain – lain. Visvamitra adalah putra Musika. Disamping itu dijumpai nama Rsi Jamadagni sebagai maharsi yang dikaitkan dengan mandala III Rg Vedà . Keterangan lain tentang Visvamitra dinyatakan bahwa Visvamitra bukan seorang Brahmana tetapi seorang Ksatriya. Penggolongan status seorang Rsi dengan Catur Varna sesungguhnya tidak begitu menentukan karena bukan merupakan persyaratan seorang Maharsi.
c. Rsi Vamadeva
Maharsi Vamadeva banyak dihubungkan dengan mandala IV kitab Rg Vedà . Kurang banyak diketahui tentang riwayat Maharsi ini. Di dalam kitab – kitab Purana diceritakan bahwa Vamadeva sempat mengadakan dialog dengan Deva Indra dan Aditi.
d. Ṛsi Atri
Maharsi Atri pada umumnya dikaitkan dengan turunnya mantra – mantra mandala V Rg Vedà . Di dalam Matsya Purana, nama Atri tidak saja sebagai nama keluarga, tetapi juga sebagai nama pribadi. Dinyatakan bahwa dalam keluarga Atri yang tergolong Brahmana dijumpai pula beberapa nama dari keluarga Atri seperti : Sayana, Udvalaka, Sona, Sukdeva, Gauragriva dan lain – lain. Dalam ceritanya dikemukakan pula informasi bahwa Maharsi Atri banyak dikaitkan dengan keluarga Angira. Dalam Rg Vedà  mandala V, tampaknya tidak hanya Maharsi Atri yang menerima wahyu untuk mandala ini tetapi juga Druva, Prabhuvasu, Samvarana, Gauraviti, Putra Sakti, dan lain – lain. Dikemukakan pula bahwa diantara keluarga Atri 36 Rsi tergolong penerima wahyu. Jadi cukup banyak dan karena itu kemungkinan nama – nama itu adalah keturuna dari Maharsi Atri.
e. Ṛsi Bharadvaja
Maharsi Baradvaja adalah Maharsi yang banyak dikaitkan dengan turunnya mantram – mantram dari mandala VI, kecuali ada beberapa saja yang diturunkan melalui Sahotra dan Sarahotra. Adapun nama – nama lain seperti Nara, Garagajisva adalah Rsi penerima wahyu dari keluarga Bharadvaja. Di dalam kitab – kitab Purana dijelaskan bahwa Bharadvaja adalah putera Brihaspati, cerita ini belum dapat dipastikan kebenarannya karena disamping keterangan lain yang mengatakan bahwa Samyu dengan Bharadvaja masih dalam satu keluarga. Kitab – kitab Purana tidak banyak memberikan penjelasan.
f. Ṛsi Vasistha
Nama Vasistha sering digunakan sebagai nama keluarga kadang kala sebagai nama pribadi. Rsi Vsistha banyak dikaitkan dengan turunnya mantra – mantra mandala VII Rg Vedà . Salah seorang keturunan Rsi Vasistha adalah Rsi Sakti yang juga terkenal sebagai penerima wahyu. Tentang keluarga Vasistha tidak banyak kita kenal. Di dalam kitab Mahabharata nama Vasistha disamakan dengan Visvamitra. Di dalam Matsya Purana dinyatakan bahwa Rsi Vasistha mengawini Arundhati, saudara perempuan devarsi Narada. Dari padanya lahirlah seorang putera bernama Sakti.
g. Ṛsi Kanva
Maharsi Kanva merupakan Maharsi penerima wahyu dan banyak dikaitkan dengan mandala VIII Rg Vedà . Mandala ini terdiri dari bemacam – macam Suktha. Kanva adalah nama pribadi dan juga nama keluarga. Didalam mandala VIII dinyatakan diterima oleh Maharsi Kanva atau merupakan wahyu yang diterima oleh keluarga Sakuntala.
3.      Masa Penyusunan Mantra - Mantra Veda
        Veda bersifat Anādi-Ananta, itu artinya tak ada yang tahu pasti kapan mantra – mantra veda itu diadakan atau diciptakan. Banyak peneliti yang telah meneliti tentang umur dari Veda akan tetapi sampai sekarang tidak ada yang mengetahui. Veda diwahyukan kepada para maharsi ketika belum mengenal tulisan, dan para Rsi mengajarkan Veda secara lisan melalui system upanisad. Setelah mengenal adanya tulisanlah Veda kembali ditulis dan dikofikasi oleh Rsi Vyasa.
        Dalam buku Peta Jalan Veda menjelaskan bahwa keempat Veda, Rig, Yajur, Sama dan Atharva, dipercayai merupakan getaran di ruang dan disitesisi 5.000 tahun yang lalu pada awal dari Kali Yuga ini, oleh Bhagavan Veda Vyasa. Keempatnya terdiri dari 1.131 saakha (cabang atau kelompok) yaitu 21 dalam Rig, 101 dalam Yajus, 1000 dalam sama dan 9 dalam Atharva. Semuanya dilestarikan dalam garis pewarisan Rsi (Parampara), melalui tradisi oral, dari ayah ke anak, dari guru ke sishya (murid).
Beberapa sarjana baik dari India maupun Eropa berpendapat tentang penyusunan Veda  sebagai berikut :
a.       Vidyaranya menyatakan sekitar 15000 tahun sebelum masehi.
b.      Lokamanya Tilak Shastri menyatakan 6000 tahun sebelum masehi.
c.       Bal Gangadhar Tilak menyatakan 4000 tahun sebelum masehi.
d.      Dr. Haug memperkirakan tahun 2400 sebelum masehi.
e.       Max Muller menyatakan sekitar tahun 1200 – 800 sebelum masehi.
f.       Heine Gelderen memperkirakan tahun 1150 – 1000 sebelum masehi.
g.      Sylvain Levy memperkirakan tahun 1000 sebelum masehi.
h.      Stutterheim memperkirakan 1000 – 500 sebelum masehi.
        Demikian pendapat dari para sarjana memperkirakan mengenai masa disusunnya kitab suci Veda menjadi sumber ajaran agama Hindu.


III
PENUTUP
1.      SIMPULAN
Veda memiliki arti dan makna “pengetahuan”.   Veda merupakan pedoman yang digunakan oleh umat Hindu dalam menjalankan kehidupan sehari – hari. I.B. Supartha (2009 : 6) menyebutkan Veda adalah wahyu Tuhan atau sabda suci yang diturunkan oleh Sang hyang Widhi untuk semua umat manusia di Jagat Raya ini bukan hanya untuk segolongan umat manusia saja.
        Veda disebut Anādi yaitu tanpa awal dari segi waktu. Artinya sesuatu atau yang lebih tua dari Veda, tidak ada. Jadi Veda sudah ada sejak kapanpun. Veda tidak berawal, karena merupakan Sabda-Nya telah ada sebelum alam diciptakan oleh-Nya (Titib, 1996 : 36).           Dewasa ini, seperti dijelaskan bahwa Veda tidak berawal “Anādi”, dan Vedapun tanpa akhir “Ananta”. Sehingga sering dikatakan bahwa Veda bersifat Anādi-Ananta. Titib (1996 : 36) menyebutkan bahwa Veda tidak berakhir karena ajarannya berlaku sepanjang jaman. Veda tidak akan pernah putus atau berakhir.
        Dalam agama Hindu orang-orang suci penerima wahyu disebut Rsi, kata ini berarti yang memandang, melihat atau yang memperoleh wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Rsi penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan “Saptarsi”. Saptarsi berasal dari dua kata yaitu Sapta yang artinya tujuh dan Ṛsi artinya orang – orang suci penerima wahyu. Jadi Saptarsi adalah tujuh orang – orang suci penerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang terhimpun dalam Vedà .
Beberapa sarjana baik dari India maupun Eropa berpendapat tentang penyusunan Veda  sebagai berikut :
i.        Vidyaranya menyatakan sekitar 15000 tahun sebelum masehi.
j.        Lokamanya Tilak Shastri menyatakan 6000 tahun sebelum masehi.
k.      Bal Gangadhar Tilak menyatakan 4000 tahun sebelum masehi.
l.        Dr. Haug memperkirakan tahun 2400 sebelum masehi.
m.    Max Muller menyatakan sekitar tahun 1200 – 800 sebelum masehi.
n.      Heine Gelderen memperkirakan tahun 1150 – 1000 sebelum masehi.
o.      Sylvain Levy memperkirakan tahun 1000 sebelum masehi.
p.      Stutterheim memperkirakan 1000 – 500 sebelum masehi.
        Demikian pendapat dari para sarjana memperkirakan mengenai masa disusunnya kitab suci Veda menjadi sumber ajaran agama Hindu.




DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, I.B. Suparta. 2009. Kemahakuasaan Tuhan dalam Weda. Surabaya : Paramita.
Maswinara, I Wayan. 2004. Rg Veda Samhita. Surabaya : Paramita.
Mittal, Dr. Mahendra._____ Intisari Veda Pesan Tuhan untuk Kesejahteraan Umat Manusia. Surabaya : Paramita.
Saraswati, Sri Chandrasekharendra. 2009. Peta Jalan Veda. Jakarta : Media Hindu.
Swami Prabhupada, Sri-Srimad A.C. Bhaktivedanta. 2006. Bhagavadgita. Indonesia : Hanuman Sakti.
Titib, Dr. I Made. 2001. Pengantar Veda. Jakarta : Hanuman Sakti.
Titib, Dr, I Made. 2001. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya : Paramita.

1 komentar: